Friday, November 24, 2017

STRATEGI DEMI CINTA BANG HIM


Beberapa kali ibrahim meluapkan amarahnya ke arah dinding, sorotan mata para tamu yang hadir tak membuatnya malu, matanya belalakan seolah ingin menerkan setiap orang yang melihatnya.

Lagi-lagi ibrahim memukul. "Brak..brak..brak...brak" Hingga ia terjatuh kelantai. "Mengapa kau lakukan ini...rindu..!! Ujarnya, beberapa tamu yang mengenalinya, mencoba mendekat, saling bertanya antara satu sama yang lain. 

"Apa yang terjadi.!Siapa dia..? Mengapa dia..? tangannya kok berdarah."

Ibrahim bangkit dan berjalan terpental dengan gaya orang mabuk "Minggir.!" Sembari menerobos sembarangan dalam kerumunan para tamu. "Apakah kalian tadi bertanya; Apa yang terjadi.!Siapa aku..? Mengapa aku..? tanganku kok berdarah..? Kesana kalian tanya." sembari menunjuk ke arah pengantin, yang baru saja selesai ditepung tawari.

Arah mata para tamu yang hadir, semua tertuju pada bunga yang menjadi pengantin baru, di hari ini.

"Bungaaaaa..!!!" Teriak Ibrahim, semua orang tersentak, diam dan berkotek, musik Hoss ikut dimatikan, langkah serentak berhenti, suasana langgeng, mereka saling menatap antara bunga dan Ibrahim, para tamu juga saling bertatapan, mereka semua dengan wajah penuh tanya. Bunga menatap tajam kewajah Ibrahim. Ibrahim dengan gaya sempoyongannya, terus berjalan. Kaki bunga di gerakkan menuruni teratak panggung pelaminan itu, melangkah berjalan ke arah Ibrahim.

"Apa yang engkau lakukan Bunga.?" Tanya Ibrahim.

"Tidak.! Bang Him, jangan salahkan aku."

"Siapa juga yang harus disalahkan?. Apakah aku harus menyalahkan tuhan..? Kau memang kejam bunga, kau menghianati cinta dan kesetianku."

Bunga menangis, "Tidak bang Him, tidak. Jangan salahkan aku. Dalam hal ini bang Himlah yang bersalah, berapa kali sudah bang Him menunda-nunda untuk melamarku pada orang tua, tapi Bang Him tetap juga tidak menepati janjinya."

"Bunga, aku kan sudah bilang, kita tunggu beberapa bulan lagi, menunggu terjualnya sapi jantan yang aku peliara itu, malah engkau memutuskan meninggalkanku dan bersanding dengan laki-laki lain."

"Sudah cukup, bang Him, sudah cukup, malu dilihat yang lainnya." Ucap Bunga sembari berbalik ke arah pelaminan dan meninggalkan Ibrahim, beberapa petua gampong ikut memujuk Ibrahim, agar segera meninggalkan acara ini.

"Bunga.! Dengar kau boleh me
ninggalkanku, tapi ingat aku tidak akan pernah meninggalkan cintamu sampai mati." Tanpa pikir panjang, Ibrahim berlari dengan kencang, lalu membenturkan kepalanya di dinding kamar Bunga, dan ianya tergeletak jatuh dan pinsan.

Bunga yang melihat, kejadian itu langsung berteriak. "BANG HIM....." Dan lari menuju Ibrahim yang pingsan, Bunga mengangkat kepala Ibrahim.

"Oh. Darah.!" Bungapun menangis." Mengapa engkau lakukan ini Bang Him,.. Mengapa..?"

Ayah Ibrahim datang dengan membawa satu timba air, dan menyiraminya. "Mantong ka eh, sampou inohat, kon kajak koh eumpeun lumo keudeh. Kupugah han kubi meujaga malam klo, keuh (Masih tidur jam segini, mestinya kau potong rumput untuk lembu)!"

"Oh..oh..emmm.. Bunga..bunga... pakon meunan bunga." Ibrahim terkejut.

"Peu.. Bunga-bunga, lon kon bunga hai gam dan peu-peu pakon meunan, kon kusiram ie keuh, peu kaeh tan beudoh- beudoh."

"Oh.. Ayah, agaou."

"Man peu kapike le kah, lon sibunga?"

"Yah.. Neupeublou keudeh lumo agamnyan hai.!!Neujak lamar si Bunga keudeh, jih han ek dipreh le. Bek sampe icok legob."

"Bah icok, keudeh, nye jih galak dih keukah, ada beu siribei thon dipreh, meunye memang tan galak, meu lhei buleun tan ek dipreh."

"Kamate kei Yah..Eee, kiba cara icok jieh legob euntreuk."

"Alah hai gam. Nye jih icok legob, hana masalah, dum laen hai, Tapi meunye lumo agam nyou icok le gob, pan tamita laen."

"Ka palou, tamat riwayat cinta kei. Nye lageinyou yah teuh."

Kalah debat dengan ayah, Ibrahimpun segera mencari pakan lembu jantannya.

**
Seminggu kemudian. Ibrahim menyampaikan semua persoalan atas apa yang di hadapi dengan keluarganya khususnya dengan sang Ayah. Cintanya Ibrahim ke bunga memang cinta mati begitu pula sebaliknya. Suatu hari tanpa pikir panjang, Ibrahim dengan Bunga, merencanakan sesuatu, dengan resiko yang di hadapinya. Strategi di atur dengan sedemikian rupa, sungguh sangat dipropagandakan. Mustahil bagi mereka mendapat restu orang tua dan tak mungkin juga melaksanakan resepsi pernikahan seperti yang dilakukan para temannya, namun hanya dengan modal uang sebesar lima ratus ribu rupiah mereka berniat menyatukan cinta.

***

Henpon seululer, Keuchik Yakop berdering. "Driiingg...dringgg.." Keuchi Yakop membuka Henponnya dengan nomor tanpa nama.

" Ya. Halo, dengan siapa ini..?" Tanya pak Keuchik

"Apkah benar ini, keuchik gampong siren, kecamatan geureubak."

"Oh.. ya.. ya.. Benar. Ini dengan saya sendiri, ini dengan siapa ya..?" Tanya Keuchik Yakop.

"Ini dari kantor, WH pak. Apakah benar Ibrahim dan Bunga adalah masyarakat bapak?"

"Ibrahim yang mana ya...pak,? kalau Bunga benar dia masyarakat saya."

"Ibrahim anaknya Tgk. Makam."

Suasana di kantor WH, penuh tawa, begitu juga dengan bunga, mereka menjadikan propaganda ini sebagai lelucon.

"Si Brang, bilang sama pak keuchik" bisik Ibrahim pada kawan lamanya Faisal yang salah satu anggota WH di kabupaten Ibrahim, tinggal.

"Oh. Ya pak, baru ingat, si bram anaknya Tgk. Makam. Ya benar dia juga warga saya. Ada apa pak ya..? Tanya keuchik Yakop. 
Hendpon, di ambil alih, oleh Ibrahim, dengan memberi sedikit penutup pada cerbong Hendpon, agar keuchik tak mengenal suaranya " Begini pak keuchik, barusan si Ibrahim, dan Bunga ketangkap oleh kami, jadi mereka sedang kami proses, sekarang bapak coba panggil ayahnya Ibrahim kerumah bapak, tapi ingat pak keuchik jangan sampai yang lainnya tau, begitu juga dengan perangkat dan tuha peut."

"Baik. Pak..! Saya akan panggil dulu orang tuanya si Ibrahim."

Tak begitu lama, Tgk. Makam pun, hadir di rumah pak Keuchik. Kali ini pak keuchik yang menelpon dengan tingkahnya yang tergesa-gesa. Tgk. Markam yang sejak dari tadi was-was bercampur aduk dengan malu.

"Aduh.. Bagaimana ini, katakan pada WH." Berbisik, pada keuchik.
 

" Bahwa saya akan melakukan apaun, asal jangan sampai ada yang tau."

"Ya. Halo. Pak..! Beginipak, kata orang tuanya si Ibrahim, dia akan mengikuti semua syarat, asal jangan ada siapapun yang tau mengenai penangkapan si Ibrahim dan Bunga."

"Coba aktifkan speker, biar Tgk. Makam langsung mendengarnya. Baik.! Katakan pada orang tuanya si Ibrahim, suruh ia datang kerumah orang tuanya Bunga, untuk melamar sekarang juga, Bapak keuchik juga harus ikut. Mereka baru kami lepaskan, di saat ada telpon masuk ke hendpon Bunga, dari keluarga bunga yang bahwa. Orang tua si Ibrahim datang untuk melamar bunga, jika di lakukan terlalu lama, kami takut ada wartawan yang datang kesini, dan pasti akan dimuatnya di koran."

"Baik. Pak.. Baik."

Keuchik dan Tgk. Makam, pulang kerumah, meminta emas yang disimpan oleh isterinya, dua manyam, tak tunggu lama-lama langsung meluncur kerumah Bunga. Kebutulan ayah bunga dan abang kandung bunga berada di rumah, mereka disila masuk dan di hidangkan alakadar minuman. Keuchik Yakop pun, menyampaikan maksud tujuan, ayah dan ibu bunga menyetujui, begitu juga dengan Yunus abang bunga.

"Baik kami setuju atas pertunangan ini dengan tenpo satu bulan, sekarang tinggal menunggu jawaban dari bunga."

Dengan sepontan, Tgk. Makam berujar. " Langsung telpon, Telpon siat Yunus.." Perintah Tgk. Makam pada abangnya Bunga. Ayah dan ibu bunga tersenyum, tapi keuchik yakop, sedikit menggigit bibirnya.

***

"Halo. Bunga.. Assalamualaikum,"

"Ya. Ada apa abang." dengan mengaktifkan speker, sehingga Faisal dan Ibrahim mendengar apa yang disamapikan oleh abangnya. Namun di rumah bungapun, yunus juga mengaktifkan sepeker.

Begini dik, ini dirumah kita ada tamu, yaitu orang tuanya Ibrahim, mereka ingin meminangmu untuk menjadi isteri Ibrahim, dengan perjanjian tunggu selama satu bulan."

"Baik. Abang saya menerimanya, ini saya lagi di rumah Rahmah Bang, saya akan pulang juga sekarang.

" Suasana di rumah Bunga, semua mengucapkan alham dulillah. Sementara suasana di rumah Faisal, yang berperan sebagai kantor WH. "Horee..hore... Merdeka." ucap Bunga dan Ibrahim yang di ikuti tawa membahana Faisal.

"Wadduh. Kok. Hore.. lalu mereka tertawa, juga terdengar suara laki-laki, kayak seperti suara anakku. Hati Tgk. Makam, bergumam sendiri, "Inilah Cinta dan deminya, saya ditipu. Dasar cinta Sejati, huf... semoga mereka bahagia dunia wal akhirat"[]


Bluek, 08 Desember 2016
Penulis;
Nama Pena: Jabal Bluek.
Nama Adm: Muhammad Jabannur, S.HI., M.A.P
Pekerjaan  : ASN di Jajaran Pemerintahan Pidie





No comments:

Post a Comment