Friday, January 12, 2018

Langkahku Menuju Taubat

Merenung nasip dan jutaan dosa. Umur hampir berkepala empat. Taubat belum juga sempurna, walau telah banyak berdoa dan berusaha. Apakah masih kurang syarat dan rukunnya. Bertaubat dari dosa mengupat, tapi aku masih saja mengupat, taubat dari makan dan minum yang haram tapi masih saja aku melakukannya dan ada beberapa dosa lain yang masih saja kulakukan.
Apakah syarat dan rukun taubatku belum lengkap? Atau aku adalah bahagian dari syaitan itu sendiri, padahal aku selalu memohon pada Allah, agar aku terhindari darinya.
Apakah pertaubatan dan rasa penyesalan itu harus dibarengi dengan air mata. Memang air mataku belum pernah menetes, berguling di sajadahku, tapi aku sangat menyesali melakukan dosa-dosa dan aku akan bertaubat dari padanya. 
Orang baik itu bukan yang tidak pernah melakukan dosa, tapi orang baik itu orang yang mau bertaubat dari dosa-dosanya, kalimat ini pernah disampaikan Almarhumah Ibu saat dia menasehatiku beberapa belas tahun yang silam.
"Hijrah" Kata ustatz Abdul Samad. Hijrah yang dimaksud menurut beliau adalah kembali kejalan yang diridhai Allah dan mempraktekkannya dalam keseluruhan lini kehidupan dengan cara islam. Ya..Allah kubermunajad kepadamu, dengan satu permintaan saja "Ya.. Allah bukakan pintu taubat untukku".
Mendokumentasikan sejumlah adegan, dengan sedikit penjelasan waktu, tempat dan tujuan, terlihat seolah "Nye that keudeh" padahal tak ubahnya bagaikan adegan sandiwara yang akan mengisahkan sejumlah kisah dalam waktu yang bersamaan.
Ada banyak judul dengan pemerannya yang sama. Dalam waktu bersamaan memerankan beberapa adegan, apakah akan sempurna? Tidak. Bagaimana mungkin satu pikir dan rasa dapat memerankan beberapa cerita.
Begitu juga dengan suatu organisasi, dengan menjadi pengurus dibeberapa organisasi, mustahil akan mampu mengwujudk
Merasa diri masih bodoh. Minder mendaki suatu puncak yang tiada pernah terpikirkan sebelumnya. Tidak untuk mengandalkan pihak ketiga. Fokusnya di ketentuan dan berusaha untuk tidak menabrak aturan.
Menggiatkan belajar, di buku dan lingkungan, UU, Qanun dan Peraturan. Perlu melakukan pengkajian terhadap turunan UU dari berbagai macam kasus dengan pasal yang pernah di alamatkan kepada seseorang.
Bersaing dengan ratusan orang yang memiliki segudang pengalaman dan kecerdasan, menjadi keasyikan tersendiri dalam menjelajahinya. Ketegangan saat menununggu hasil pengemuman, sedikit bertambah kencang detak jatung, seolah bagai pasangan penganting yang baru masuk ke kamar.
Semoga Allah meridhai langkah ini, demi akhirat dan duniaku dan demi keluarga juga orang-orang yang kusayangi. Bismillahirrahmanirrahiiim.
Untuk apa berbisik, jika bisikmu melalui gendang telinga orang lain. Penderitaanku selama ini, telah membuat bisikmu menjadi basi dan telah jauh tertinggal dari ribuan langkah. Aku bukan pengemis. Deretan kalimat yang kugereskan, menjadi penyemangat untukku melangkah, karena kuyakin ada kedamaian dan keridhaan ilahi dipenghujung jalan.
Dunia dan lingkunganku, mengajariku semua hal, mulai dari cara kentut sampai mengolah udara agar tak terasa bau saat memasuki lobang hidung lawan.
Nasehat almarhumah ibu membuatku tegar. "Bercermin diri pada cermin lebih baik dari pada menjadi cermin bagi orang lain" kukira inilah nasehat yang mesti dan wajib jujalankan ditengah hiruk pikuknya kondisi sosial negeri ini. Insyaallah, bu dan doakan anakmu.